AYAM KAMPUNG VS. AYAM POTONG (EYANG VHAZOLLEE)
https://www.fathur.web.id/2020/03/ayam-kampung-vs-ayam-potong-eyang.html
Terkadang lelah juga ketika ditanya oleh teman-teman mengenai contoh RPP Merdeka Belajar, karena ditanya hal yang sama dan puluhan kali yang terkadang ditanyanya pun di group yang sama dan sudah pernah dijelaskan di group tersebut. Tapi itulah kondisi dan keadaanya, untungnya punya link DISINI dan DISINI serta DISINI, sehingga jika ditanya, lebih mudah menjawab dan mengarahkannya. Namun sepertinya hal tersebut belumlah cukup sepertinya, nah dari pada stress, kita relax sebentar mendengarkan dongeng dari Sahabat saya EYANG VHAZOLLEE.
Ini kisah tentang ayam. Ayam kampung dan ayam potong. Ayam kampung itu kurus, dan butuh waktu lama untuk badannya untuk dagingnya bisa mencapai bobot tertentu. Berbeda dengan ayam potong yang longkoro' dan bongsor, cepat besar, bobotnya menggiurkan dan tentu lebih cepat "memenuhi harapan" peternaknya.
Ayam kampung itu liar, tidur di pohon atau di sembarang tempat, mengais comberan dan terkadang harus "abbitte" alias bertarung, baik untuk survival demi mempertahankan diri dari serangan, memperebutkan makanan, maupun sekedar berebut betina.
Sedangkan ayam potong tinggal dalam kandang, makanan disupply, kandungan gizi makanan lengkap, jam makan teratur, imunisasi dan vaksin terjadwal, dan semua sudah disertai protap yang lengkap dan disiplin.
Sebagian dari ayam potong itu mungkin saja ingin bebas pula seperti ayam kampung, tetapi tidak sedikit dari mereka yang sudah cukup nyaman dengan segala juklak dan juknis yang ada.
Mereka tak perlu berfikir, tak perlu berkompetisi, tak perlu berimproviasi. Bahkan tak jarang sebuah improvisasi bisa dinilai sebagai tindakan nyeleneh dan pelanggaran aturan.
Karena doktrin bagi mereka adalah "don't think, jus do it !"
Hingga pada suatu hari, datangnya peternak baru yang membuat aturan baru, seluruh kandang ayam potong DIBUKA, dan tibalah saat ayam potong itu menjadi MERDEKA ...!
Mereka sekarang boleh keluar, boleh mengais comberan, boleh tidur di pohon juga, dan bebas makan apa saja wlpun itu belum tentu lebih sehat.
Yang masalah sekarang adalah kebanyakan dari mereka justru BINGUNG. Mental disupply dan disuguhi protap membuat mereka tidak tahu harus melakukan apa.
Kebanyakan mereka memilih tetap berada di dalam kandang, menunggu supply makanan dan lain-lain, untuk mereka tetap bisa gemuk dan menyenangkan hati peternaknya. Walaupun minim idealisme.
Mereka sama sekali tak mengerti apa arti MERDEKA itu.
Mereka tetap menunggu "Pedoman Pelaksanaan Kemerdekaan". Mereka tak menyadari bahwa kalau dijejali dengan petunjuk dan pedoman, berarti bukan merdeka namanya.
Kebingungan itu bukan hanya melanda ayam potongnya, tetapi juga pengasuh kandangnya, pengawasnya, supervisornya, trainernya, dan seterusnya.
Demikian sekelumit kisah dari kandang ayam, dan mohon jangan dihubung-hubungkan dengan negeri +62 yang salah satu menterinya memprogramkan slogan MERDEKA juga.
Cerita ini hanya rekaan, jika ada kesamaan nama, pelaku dan peristiwa, maka itu hanya kebetulan saja.
MERDEKA...!!
#EVBerbagi
Semuanya serba menunggu apa, bagaimana, dan kapan. Itu ajalah....
BalasHapusHemm,, jadi aku kudu piye..
Hapusluar biasa contoh ini membuat saya terinspirasi
BalasHapus